Profil Yayasan

Panti Asuhan Putra Nusa merupakan salah satu panti asuhan yang ada di ibu kota Jakarta. Panti asuhan ini berdiri pada 9 Juni 1958 dengan akte Notaris R.M. Soerojo No 55. Panti ini sudah terdaftar di Kantor Wilayah Departeman Sosial DKI Jakarta, Dinas Sosial DKI Jakarta dan BKKKS DKI Jakarta.

Berdirinya panti asuhan ini untuk mengusahakan kesejahteraan bagi anak-anak yatim, piatu, yatim piatu, fakir miskin yang terlantar dan anak korban perceraian (broken home). Selain itu, untuk membantu pemerintah dalam mengatasi masalah sosial seperti anak-anak yang terlantar dan kemiskinan.

“Kami ingin berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairot). Jadi, anak-anak yatim dan terlantar harus dididik agar kehidupan masa depannya lebih baik,” ujar Syaefudin, S.Sos, Kepala Panti Asuhan Putra Nusa.

Saat ini ada 45 anak asuh (15 siswa SD, 15 siswa SMP, 15 siswa SMK) yang tinggal di panti asuhan ini. Mereka adalah anak-anak yatim, piatu, yatim piatu, fakir miskin yang terlantar dan anak korban broken home. Panti ini terbuka bagi anak-anak yang tidak memiliki orang tua, kurang mampu dan terlantar, termasuk dari luar pulau Jawa. 

Meski keberadaanya di Jakarta, tapi anak-anak panti sebagian besar berasal dari Jawa Barat seperti Bandung, Bogor dan Majalengka. Bahkan, dahulu mayoritas anak panti berasal dari Irian Jaya, Ambon dan Aceh. “Kami juga pernah menerima dua korban tsunami Aceh pada 2004 silam,” ujar Syaefudin.

Pencarian anak-anak panti ini masih menggunakan cara konvensional yakni melalui informasi mulut ke mulut. Bahkan, pengurus panti pun turun langsung ke lapangan hingga ke luar pulau Jawa untuk mencari anak-anak yang layak disantuni. Keberadaan anak-anak di dalam panti dibatasi hingga mereka lulus SMA/sederajat. Hal ini untuk regenerasi para penghuni panti.

Panti yang terletak di Jl. Penjernihan I No 11, Pejompongan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat ini, tidak hanya menyantuni anak-anak yatim dan tidak mampu yang terlantar saja, tetapi juga menyantuni orang-orang lanjut usia (lansia). 

Saat ini Panti Putra Nusa menyantuni 50 lansia yang berada di sekitar panti. Para manula tersebut tidak tinggal di dalam panti layaknya anak-anak asuh tapi mereka dirumahnya masing-masing. Meski demikian, panti ini terus mengawasi dan menyantuni mereka. Satu minggu sekali, mereka mengadakan pengajian keagamaan.

Keberadaan anak-anak di dalam panti tidak hanya menumpang makan, minum dan tidur. Lebih dari itu, mereka juga belajar di sekolah formal dan diberikan pelbagai kegiatan dan keterampilan dari pagi hingga malam hari. Di pagi hari mereka belajar di sekolah formal, sedangkan di malam hari belajar mengaji Alquran dan kitab kuning, dan belajar kelompok. Setiap hari juga mereka diberikan kegiatan keagamaan, olahraga, kesenian dan keterampilan. 

Menurut Syaefudin anak-anak panti ini pun diberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya masing-masing. Tidak hanya itu, mereka juga diperbolehkan mengikuti/menghadiri kegiatan diluar panti jika ada pihak atau donatur yang mengundangnya.

Pantai yang berdiri di atas lahan seluas 2.000 m2 ini masih membutuhkan perhatian dan bantuan dari masyarakat. Ada beberapa sarana yang belum tersedia di sini tapi sangat dibutuhkan oleh anak-anak panti. Di antaranya perangkat komputer, aula serba guna, laboratorium komputer, buku tulis dan buku pelajaran, kasur, dan peralatan kebersihan seperti tonk sampah, kain pel, sapu dan lainnya. Sarana dan fasilitas tersebut sangat dibutuhkan oleh anak-anak panti untuk menunjang kegiatan pembelajaran dan pengembangan diri.

“Kami sangat butuh komputer dan laboratoriumnya, kasur, buku tulis dan buku pelajaran, dan alat-alat kebersihan,” ujar Ali Mansur, salah seorang anak panti yang kini duduk di bangku kelas 3 SMK PGRI.

Abdul Wahid, anak panti lainnya pun mengatakan hal yang sama. “Komputer yang tersedia di sini pada mati jadi kami butuh komputer lagi, beberapa tempat tidur tak ada kasurnya, alat-alat kebersihan masih gantian memakainya, buku tulis dan pelajaran kurang,” ucap pria asal Bandung yang sudah empat tahun tinggal di panti ini.

Ali Mansur dan Abdul Wahid sangat bersyukur dan merasa senang bisa berada di panti ini. Selama tinggal di panti ini, mereka tidak hanya belajar ilmu dan pengetahuan umum dan agama, komputer, marawis dan melukis/menggambar, tetapi juga bisa belajar kebersamaan, tolong-menolong, dan hormat-menghormati.

“Alhamdulillah saya bisa membaca Alquran, kitab kuning dan tajwid, serta nilai-nilai sosial,” ucap Ali Mansur. “Perubahan saya selama tinggal di sini bisa mengaji, ceramah, marawis, komputer, dan jiwa-jiwa sosial,” kata Abdul Wahid menambahkan.

Meski sebagai anak panti tapi mereka bisa berprestasi di sekolahnya. Misalnya, Abdul Wahid pernah meraih juara 1 lomba qori, juara 1 lomba kaligrafi, dan juara 2 lomba ceramah. Ketika masih duduk di bangku SMP, ia pun berprestasi secara akademik dengan meraih rangking 1 dari kelas 1 hingga kelas 3.

Anak-anak panti ini pun memiliki cita-cita yang tidak kalah tinggi dengan anak-anak yang lain. Ali Mansur bercita-cita ingin menjadi seorang pengusaha restoran dan desain grafis. Sedangkan Abdul Wahid bercita-cita menjadi seorang pengusaha peternakan ikan. Untuk mewujudkan cita-citanya, setelah keluar dari panti mereka pun ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Sejak berdiri hingga sekarang panti ini sudah memiliki 300 alumni. Menurut Syaefudin, para alumni panti di antaranya ada yang bekerja di instansi pemerintah, berwiraswasta, pengusaha, dan membangun panti di daerahnya. Beberapa alumni yang memiliki rizki lebih sudah memberikan bantuannya untuk adik-adiknya yang masih ada di dalam panti. “Semoga anak-anak ini lebih baik hidupnya di masa depan,” harapnya.